ALUR PENETASAN TELUR DI HATCHERY FARM

Tanggal : 11 Mei 2023 Penulis : Creative Team

 

Hatchery farm merupakan tempat penetasan telur yang menyediakan fasilitas berupa mesin teknologi yang modern sehingga dapat menghasilkan DOC yang tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Telur yang berada di hatchery farm merupakan telur hasil perkawinan induk ayam jantan dan betina yang dipelihara di breeding farm. Telur tetas (HE) yang dihasilkan oleh indukan di breeding farm kemudian dipindahkan menuju hatchery farm untuk kemudian memasuki proses penetasan. Saat telur tetas tiba di hatchery farm kemudian telur akan diseleksi dan diberi perlakuan fumigasi. Seleksi telur ini bertujuan untuk memisahkan antara telur yang layak ditetaskan dan yang tidak. Faktor dalam penyeleksian telur tetas yaitu dilihat dari segi bentuk, ukuran, warna kerabang, dan keadaan kerabang. Setelah proses penyeleksian dilakukan fumigasi yang bertujuan untuk membunuh mikroba yang dapat menurunkan daya tetas telur. Selanjutnya telur tetas disimpan di tempat yang bernama cooling room.


Penyimpanan telur sementara di cooling room dikarenakan telur tetas belum mencukupi kapasitas mesin setter. Selain itu juga untuk menghentikan sementara proses perkembangan embrio yang ada dalam telur tetas. Telur tetas dapat disimpan dalam cooling room sampai 4 hari. Jika penyimpanan telur dalam cooling room lebih dari 4 hari dikhawatirkan dapat menurunkan daya tetas telur. Metode penyimpanan telur di cooling room menggunakan metode FIFO (first in first out). Suhu cooling room idealnya pada angka 8-14oC dengan tingkat kelembapan 75-77% dengan posisi bagian tumpul pada telur berada diatas. Setelah kuantitas telur bisa memenuhi mesin setter, telur dapat dimasukkan ke mesin setter.


Mesin setter merupakan mesin yang memiliki fungsi memberikan kondisi pengeraman telur tetas yang biasanya dilakukan oleh induk ayam. Durasi telur dalam mesin setter yaitu berkisar antara 18-19 hari. Pengaturan temperatur di mesin setter antara 98o-100oF. Kelembapan udara di mesin setter diatur antara 50-55%. Kelembapan udara dalam setter salah satunya dapat mempengaruhi weight loss. Pemutaran telur dalam setter dilakukan setiap 1 jam sekali dengan kemiringan 45o. Pemutaran telur bertujuan agar seluruh permukaan telur memperoleh suhu yang merata. Setelah telur keluar dari mesin setter selanjutnya telur dibawa ke mesin hatcher. Dalam proses ini juga dilakukan seleksi telur tetas yang fertil dan infertil dengan cara peneropongan (candling). Saat proses candling telur yang fertil akan berwarna merah gelap dan telur infertil berwarna merah terang.


Mesin hatcher hampir sama dengan mesin setter namun pada mesin hatcher ini telur tidak lagi mengalami pemutaran setiap 1 jam sekali. Temperatur pada mesin hatcher lebih rendah yaitu berkisar antara 35-37oC. Telur yang berada dalam mesin hatcher memiliki waktu menetas yang berbeda-beda sehingga diperlukan penyesuaian dalam mengatur kondisi lingkungan di dalam mesin hatcher. Setelah telur menetas proses selanjutnya yaitu mengambil DOC atau yang biasa disebut pull chick. Keterlambatan dalam pull chick dapat mengakibatkan DOC mengalami dehidrasi sehingga saat penyeleksian DOC nantinya banyak yang tidak layak. Setelah DOC terambil selanjutnya dilakukan penyeleksian dan grading. Proses ini bertujuan untuk memilih DOC yang layak untuk dijual sekaligus menentukan klasifikasi grade yang sesuai. Setelah itu DOC didistribusikan lagi kepada para peternak. Sebelum DOC datang peternak perlu menyiapkan peralatan ternak serta pakan dan minum yang cukup. Pembelian peralatan ternak ayam bisa dilakukan di supplier peralatan ternak ayam yang memiliki produk berkualitas tinggi dan menawarkan garansi.


Tag

Post terbaru

Respon Komentar

Belum Ada Komentar

Tinggalkan Komentar

* Komentar akan ditampilkan bila disetujui