Flu burung atau avian influenza (AI)
merupakan penyakit menular yang telah beradaptasi untuk menginfeksi burung yang
disebabkan oleh virus influenza. Flu burung sangat merugikan peternak karena
dapat membunuh ternak ayam dalam jumlah yang besar. Flu burung pertama kali
dilaporkan pada tahun 1878 di Italia. Penyakit ini pada awalnya diduga sebagai
kolera unggas bentuk akut. Sebelum dikenal sebagai flu burung, penyakit ini
diberi nama pes unggas.
Penularan flu burung dapat terjadi
secara tidak langsung melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi
seperti pakaian, peralatan kandang, kendaraan, dan lain sebagainya. Flu burung
tidak menular melalui udara tetapi penularan dapat terjadi dari satu peternakan
ke peternakan lain melalui perpindahan ayam, produk ayam, dan kendaraan yang
digunakan untuk transportasi. Penggunaan tempat makan ayam otomatis dapat meminimalisir penularan flu
burung dari ayam ke pegawai kandang karena pegawai kandang hanya perlu menuang
pakan ke dalam hopper yang kemudian akan tersalurkan ke setiap pan feeder.
Gejala yang sering ditemukan pada
ayam yang terjangkit flu burung antara lain yaitu jengger dan pial membengkak
dengan warna kebiruan, perdarahan merata pada kaki berupa bitnik-bintik merah
atau sering disebut kaki kerokan, adanya cairan pada mata dan hidung (gangguan
pernapasan), keluar cairan eksudat jernih hingga kental dari rongga mulut,
diare, haus berlebihan, kerabang telur lembek, tingkat kematian sangat tinggi
bahkan mendekati 100%, kematian dalam waktu 2 hari dan maksimal dalam 1 minggu.
Pencegahan flu burung dapat dilakukan
dengan pemberian vaksin, penerapan biosekuriti, mencegah kontak antara hewan
peka dengan virus AI, menghentikan produksi virus AI oleh ayam tertular, peningkatan
kesadaran masyarakat, pemusnahan ayam secara selektif (depopulasi) di daerah
tertular, dan pemusnahan ayam secara menyeluruh di daerah tertular baru.